Mau tau gak ritual besar suku dayak kaya gimana ..
yaudah langsung aja nih. Tapi kalo udah selesai baca, dikoment yah !!!
Cekidott!!!!
Lima Ritual Besar Suku Dayak Di Kalteng
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan daerah yang memiliki aneka
ragam tradisi yang berasal dari budaya Suku Dayak. Suku Dayak Kalimantan Tengah
yang kemudian terbagi atas berbagai sub suku seperti Dayak Ngaju, Dayak Ot
Danum, Dayak Ma'anyan, Dayak Lawangan,Dayak Taboyan, Dayak Siang dan sub Suku
Dayak lainnya memiliki keunikan aneka tradisi tersendiri.
Tradisi berupa upacara ritual tersebut secara umum dibagi menjadi
dua bagian yaitu ritus kehidupan dan kematian. Dari semua upacara ritual
tersebut dikenal lima upacara yang bersifat besar dan melibatkan banyak orang
serta dana yang tidak sedikit.
Suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng) mengenal lima ritual
besar, mau tau lima ritual besar suku Dayak di Kalteng tersebut? Untuk menjawab
rasa penasaran Anda sebenarnya semua ritual tersebut telah diterbitkan pada
artikel sebelumnya karena lima ritual besar Suku Dayak di Kalteng antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Tiwah
Ritual Tiwah bertujuan sebagai ritual untuk meluruskan perjalanan
roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga - dalam Bahasa
Sangiang) sehingga bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa.
Selain itu, Tiwah Suku Dayak Kalteng juga dimaksudkan oleh
masyarakat di Kalteng sebagai prosesi suku Dayak untuk melepas Rutas atau
kesialan bagi keluarga Almarhum yang ditinggalkan dari pengaruh-pengaruh buruk
yang menimpa.
Bagi Suku Dayak, sebuah proses kematian perlu dilanjutkan dengan
ritual lanjutan (penyempurnaan) agar tidak mengganggu kenyamanan dan
ketentraman orang yang masih hidup. Selanjutnya, Tiwah juga berujuan untuk
melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga.Pasca Tiwah,
secara adat mereka diperkenakan untuk menentukan pasangan hidup selanjutnya
ataupun tetap memilih untuk tidak menikah lagi.
2. Pakanan Sahur Lewu Dayak.
Upacara "Pakanan Sahur Lewu" Suku Dayak di Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan satu dari lima macam upacara ritual besar khas Suku Dayak Kalteng. "Pakanan" berarti memberikan persembahan berupa sesajen kepada para leluhur atau orang-orang suci. "Sahur" diartikan sebagai leluhur atau dewa yang dipercaya menjaga kehidupan manusia, memberikan kesehatan, keselamatan, perdamaian, berkah dan anugerah bagi yang percaya kepada-Nya. "Lewu" sendiri dalam bahasa Indonesia adalah berarti kampung atau desa tempat bermukimnya suatu penduduk pada sebuah wilayah.
Dengan demikian, Pakanan Sahur Lewu Dayak berarti memberikan
sesajen kepada para leluhur atau para dewa yang melindungi warga desa atau
kampung sebagai tanda terimakasih atas berkat dunia. Lewat ritual Pakanan Sahur
Lewu Dayak ini diharapkan masyarakat luas dapat hidup tentram, rukun dan damai
serta mendapatkan rejeki berlimpah dalam mengarungi hidup. Upacara ritual yang
disebut Pakanan Sahur Lewu bagi Suku Dayak ini biasanya dilakukan secara
berkala sekali dalam setahun. Umumnya Pakanan Sahur Lewu digelar setelah panen
berladang atau sawah dan bertepatan dengan tahun baru kalender Dayak, yakni
sekitar Bulan Mei dalam hitungan Kalender Masehi.
Upacara Pakanan Sahur Lewu biasanya dipimpin oleh tokoh Agama
Kaharingan (agama orang dayak) yang dalam bahasa setempat disebut sebagai
Basir. Kendatipun kegiatan ini umumnya dilakukan oleh penganut Agama
Kaharingan, namun tujuannya juga menyengkut kepentingan orang banyak. Oleh
karena itu, dewasa ini acara Pakanan Sahur Lewu juga sering mengikutsertakan
tokoh dan kelompok agama lain.
Selain sebagai sarana untuk menyampaikan ucapan syukur pada Sang
Kuasa, Pakanan Sahur Lewu juga dimaksudkan sebagai wadah untuk menjalin
semangat persaudaraan dan kegotong-royongan antar sesama warga dan pemeluk
agama.
3.
Ritual Nahunan
Merupakan upacara khas suku Dayak Kalimantan yakni upacara memandikan bayi secara ritual menurut kebiasaan suku Dayak Kalimantan Tengah. Maksud utama dari pelaksanaan Nahunan adalah prosesi pemberian nama sekaligus pembaptisan menurut Agama Kaharingan(agama orang dayak asli dari leluhur) kepada anak yang telah lahir.

Upacara Nahunan sendiri berasal dari kata "Nahun" yang
berarti Tahun. Dengan demikian, ritual ini umumnya digelar bagi bayi yang telah
berusia setahun atau lebih. Prosesi pemberian nama dianggap oleh masyarakat
Dayak sebagai sebuah prosesi yang merupakan hal sakral, karena alasan tersebut
digelarlah upacara ritual Nahunan.
Hasil pilihan nama anak tersebut lantas dikukuhkan menjadi nama
aslinya. Selain sebagai sarana pemberian nama kepada anak, Nahunan juga
dimaksudkan sebagai upacara membayar jasa bagi bidan yang membantu proses
persalinan hingga si anak dapat lahir dalam keadaan selamat.
Upacara Ritual Nahunan merupakan salah satu diantara "Lima
Ritual Besar Suku Dayak Kalteng" selain beberapa ritual lainnya seperti
Upacara Ritual Dayak Pakanan Batu dan Upacara Adat Dayak Manyanggar.
Masyarakat Dayak khususnya Dayak di Pedalaman, hingga kini masih
tetap setia melestarikan asset budaya ini sebagai kekayaan khasanah budaya
bangsa Indonesia, selain untuk menghargai warisan leluhur, Suku Dayak meyakini
jika keseimbangan antara Manusia, Alam dan Sang Pencipta merupakan suatu
hubungan sinergis yang harus senantiasa tetap terjaga.
4. Upacara Adat Dayak Manyanggar.
Istilah Manyanggar berasal dari kata "Sangga". Artinya adalah batasan atau rambu-rambu. Upacara Manyanggar Suku Dayak kemudian diartikan sebagai ritual yang dilakukan oleh manusia untuk membuat batas-batas berbagai aspek kehidupan dengan makhluk gaib yang tidak terlihat secara kasat mata.
Ritual Dayak bernama Manyanggar ini ditradisikan oleh masyarakat
Dayak karena mereka percaya bahwa dalam hidup di dunia, selain manusia juga
hidup makhluk halus. Perlunya membuat rambu-rambu atau tapal batas dengan roh
halus tersebut diharapkan agar keduanya tidak saling mengganggu alam kehidupan
masing-masing serta sebagai ungkapan penghormatan terhadap batasan kehidupan
makluk lain. Ritual Manyanggar biasanya digelar saat manusia ingin membuka
lahan baru untuk pertanian,mendirikan bangunan untuk tempat tinggal atau
sebelum dilangsungkannya kegiatan masyarakat dalam skala besar.
Melalui Upacara Ritual Manyanggar, apabila lokasi yang akan
digunakan oleh manusia dihuni oleh makhluk halus (gaib) supaya bisa berpindah
ke tempat lain secara damai sehingga tidak mengganggu manusia nantinya.
5.Upacara Ritual Dayak Pananan Batu
Adalah ritual tradisional yang digelar setelah panen ladang atau sawah. Upacara Suku Dayak bernama Pakanan Batu ini dimaksudkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih kepada peralatan yang dipakai saat bercocok tanam sejak membersihkan lahan hingga menuai hasil panen.
Benda atau barang dituakan dalam ritual dayak ini adalah batu.
Benda ini dianggap sebagai sumber energi, yaitu menajamkan alat-alat yang digunakan
untuk becocok tanam. Misalnya untuk mengasah parang, balayung, kapak, ani-ani
atau benda dari besi lainnya.
Selain memberikan kelancaran pekerjaan, bagi para pemakai peralatan
bercocok tanam danberladang, batu dianggap pula telah memberikan perlindungan
bagi si pengguna peralatan sehingga tidak luka atau mengalami musibah saat
membuka lahan untuk becocok tanam.
Assalamualaikum senang sekali saya bisa menulis dan berbagi kepada teman-teman disini. barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan. Beberapa waktu yang lalu perusaan percetakan saya dirundung hutang yang cukup besar. Hal itu di akibatkan melonjaknya harga kertas dan tenaga upah yang harus saya bayar kepada para karyawan saya. Sementara itu beberapa tender yang nilainya cukup besar gagal saya menangkan. Akibatnya saya harus menjaminkan mobil saya saya untuk meminjam hutang dari bank. Namun hal itu belum cukup menutup devisit perusaan. Bahkan pada akhirnya rumah beserta isinya sempat saya jaminkan pula untuk menutup semua beban hutang yang sedang dilanda perusaan. Masalah yang begitu berat bukan mendapat support dari istri justru malah membuat saya bersedih bahkan sikapnya sesekali menunjukan rasa kecewa. Hal itu di sebabkan semua perhiasan yang sempat saya hadiahkan padanya turut saya gadikan. Disaat itulah saya sempat membaca beberapa situs yang bercerita tentang solusi pesugihan putih tanpa tumbal dan akhirnya saya bertemu dengan Kyai Sukmo Joyo. Kata pak Kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 5milyar dengan tumbal hewan. Tanpa pikir panjang semua petunjuk pak.kyai saya ikuti dan hanya 1 hari. Alhamdulilah akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya. Perlahan hutang-hutang saya mulai saya lunasi. Perhiasan istri saya yang sempat saya gadaikan kini saya ganti dengan yang lebih bagus dan lebih mahal harganya. Dan yang paling penting bisnis keluarga yang saya warisi tidak jadi koleps. Jika ingin seperti saya. Saya menyarankan untuk menghubungi kyai sukmo joyo di 0823.9998.5954 situsnya www.sukmo-joyo.blogspot.co.id agar di berikan arahan
BalasHapus